walau akhirnya kau tahu..
kepolosanku, ketiadaanku, kefanaanku, kerapuhanku,
juga rasa takut yang menaungiku..
dengan segala kelemahan dan ketidakberdayaanku…
bahkan rasa cemburu pada gelap yang merajut setia denganmu…
tapi, kelegaan menyelusup dalam dadaku…
ah, kelegaan itu membuatku larut dalam bingkai penasaran yang kian menggebu..
Biarlah, kumaki sendiri ketololanku…
bukan obsesi atau mimpi…
karena aku masih terjaga…
bukan komedi atau caci..
karena aku masih manusia..
hingga serak merana pilu
biarlah embun melegakan dahagaku..
Entah , mungkinkah rasa ini begitu sederhana..
tapi, mengapa wajah dan namamu kerap bahkan selalu ada
atau memang ia melebihi kata-kata..
bantulah aku untuk memahaminya…,
aku tak kuasa mengungkapnya meski sekedar kata-kata..
Sudikah kiranya, walau rasa tak berbalas…
izinkanku melukis nama juga wajahmu dalam relungku…
sadar, dan aku tahu ini begitu terburu..
maaf, jika aku terlalu mengusikmu..
entahlah.. aku tak tahu rahasianya..
hanya terimakasih sudah menginspirasiku…
aku tak tahu jika hanya sebatas itu…
tapi rapalanku semakin memburu tentangmu…
ah, bahkan aku tak tahu di mana batasannya…tepiannya…
mengalir begitu saja… aku tak begitu cemburu pada waktu..
Ah, walau tak bertepi aku tahu tak harus memiliki…
meski belum kufahami..
ia melebihi dari artinya sendiri..
begitu anggun dari kata anggun itu sendiri…
terlalu angkuh untuk kuungkap di hadapmu…
biarlahku kucari tahu… rasa itu…